Tepat Tak Selalu Cepat

Kembali ke beberapa tahun yang lalu, aku memimpikan beberapa hal yang harus aku capai di kampus. Dua di antaranya adalah mendapatkan beasiswa dan menjadi asisten laboratorium. Perjalananku mendapatkan beasiswa dimulai dari membaca buku panduan Mahasiswa Unsri yang diberikan pada saat PK2. Di sana aku melihat banyak daftar beasiswa yang dapat diikuti. Tibalah aku di semester dua. Bulan Februari beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik), BBM (Bantuan Biaya Mahasiwa), dan beasiswa lainnya dibuka pendaftaran. Aku sangat antusias dengan dibukanya beasiswa ini. Aku mempersiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk melengkapi persyaratan beasiswa PPA. Setelah selesai mengurus berkas, waktunya menunggu pengumuman. Setelah 3 bulan setelah pendaftaran, nama-nama yang lolos ditempel di mading Dekanat. Kecewa, pasti. Namaku tidak ada di daftar nama-nama yang lolos beasiswa tersebut. Yang lulus di jurusan dan angkatanku waktu itu ada tiga orang. Dua diantaranya IPK-nya lebih tinggi dariku. Dan satunya, IPK-nya sama denganku. Aku mencoba mengikhlaskan, meski masih penuh sesal. Selang, tidak berapa lama, diumumkan kembali bahwa ada kuota tambahan. Lagi-lagi, tidak ada namaku. Yang aku heran, yang lulus IPK-nya dibawahku. Entahlah. Saat itu aku lebih sakit rasanya dibandingkan dengan pertama kalinya tidak lulus.

Aku mencoba kembali mendaftar di tahun berikutnya. Kali ini aku tidak terlalu berharap banyak. Yang penting aku mengusahakannya. Di semester 4 ini Allah menjawab doaku. Aku ditelpon oleh admin jurusan bahwa aku lolos dan diminta untuk menyiapkan berkas. Aku satu-satunya yang lulus di angkatan jurusanku. Tidak percaya? Pasti. Karena pada saat itu, ada temanku yang IPK-nya lebih tinggi juga ikut mendaftar. Kali ini aku menyadari, bahwa bukan IPK yang menjadi sebab. Tapi Allah yang mengatur segala sesuatunya. Semester 6 aku mendaftar lagi, dan Allah masih sangat baik padaku. Allah masih memberikan kepercayaan itu padaku. Periode ini yang lolos lumayan banyak. Hingga akhir masa kuliahku, pada semester 8, ingat sekali aku mengurus berkas beasiswa aku juga sibuk mempersiapkan sidang akhir. Dan ini membuat aku lebih terharu lagi, aku sendiri yang lulus di angkatan jurusanku. Aku tidak mengerti betapa Allah begitu baik kepadaku.

Kemudian, keinginanku yang kedua adalah aku harus menjadi asisten laboratorium. Pada saat itu, aku tidak terlalu spesifik laboratorium mana yang paling aku minati. Semester 1 selesai. Waktunya open recruitment asisten laboratorium. Yang pertama kali buka adalah Laboratorium Geologi Dasar (GD). Di sini, aku mengukur kemampuan, rasanya aku tidak sanggup di lab ini. Dan laboratorium Dasar Bersama (LDB) membuka oprec yaitu Fisika Dasar (FD), Kimia Umum (KU), dan Kimia Fisika (KF). Di antara ketiga laboratorium ini aku lebih condong ke Kimia Fisika. Karena terlalu antusias, aku mendaftar di ketiga lab tersebut. Gayanya hahha. Yang pertama kali tes, adalah KU. Di tes tertulis ini, lumayan yakin. Dan alhamdulillah, setelah keluar hasil nilainya tidak terlalu jelek-jelek amat. Lanjut lagi ke tes alat. Tapi waktu untuk tes alat bertabrakan dengan tes presentasi materi lab KF. Jadi aku tidak jadi ikut tes alat di lab KU. Aku mempersiapkan dan mendalami materi praktikum KF yang nanti judulnya di acak, sehingga aku harus mempelajari semua. Setelah presentasi, aku cukup yakin akan diterima hingga akhirnya aku tidak melanjutkan tes alat di lab FD. Dan aku sedih, aku tidak dapat melanjutkan ke tahap wawancara di lab KF.  Waktu itu teman-teman jurusanku yang satu kost, mereka diterima sebagai asisten FD, KU, dan lab GD. Sementara aku hiksss. Aku mendengar kabar bahwa penyebab aku tidak dapat melanjutkan ke tes wawancara adalah karena aku mendaftar di ketiga LDB, sehingga di blacklist. Tapi jika ini memang benar penyebabnya, aku tak apa, ini karena aku yang terlalu semangat. Hihi.

Aku ambil positif atas kejadian ini. Meski aku gagal menjadi asisten laboratorium, sebagai gantinya aku menjadi asisten tutor yang mementori adik-adik tingkat dalam agenda AMKAI (Asistensi Mata Kuliah Agama Islam). Mimpi untuk menjadi asisten Lab masih aku perjuangkan di semester 5. Aku mengikuti rekrutmen asisten PSDME (Pengolahan Sumber Daya Mineral dan Energi) yang sebelumnya bernama PBG (Pengolahan Bahan Galian). Lab PBG ini akan menjadi kesempatan terakhirku untuk menjadi asisten Lab semasa kuliah. Tesnya ini mendadak, diinformasikan H-1. Jadi mulailah aku belajar SKS. Waktu tes tertulis dan wawancara telah aku ikuti. Ada harapan atas kesempatan ini. Tapi jika kata Allah tidak, aku bisa apa. Ya lagi-lagi aku harus mengubur harapan tersebut dalam-dalam. Aku tidak lolos dalam seleksi ini.

Semester 6, lagi galau-galaunya menunggu panggilan Kerja Praktek. Lab IUT (Ilmu Ukur Tambang) mengadakan open recruitment. Sama sekali aku tidak mempunyai niatan untuk mendaftar, karena di lab ini asistennya cowok semua. Harapanku seorang cewek bakal lolos itu kecil. Sebelum pendaftaran ini tutup, aku sempat mengikuti sebuah seminar. Pada seminar tersebut, pembicara memberikan motivasi bahwa cara tepat yang efektif untuk belajar adalah dengan mengajarkan, dengan menjadi asisten dosen/lab misalnya. Mendengar kalimat yang disampaikan oleh pembicara seminar, aku meyakinkan untuk mencoba mendaftar menjadi asisten lab IUT. Kemudian, aku belajar materi praktikum kembali dengan temanku yang telah lolos menjadi asisten IUT pada tahun sebelumnya. Tes lab IUT ini terdiri dari tes tetulis, tes alat teodolit serta presentasi. Pengumannya agak cukup lama setelah tes dilakukan. Dan aku dibuat tidak percaya, aku lolos menjadi asisten IUT bersama 9 rekan yang lainnya. Dan menjadi satu-satunya asisten IUT perempuan di periode kami. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Jadi inilah jawaban atas usaha-usaha yang aku lakukan dari beberapa tahun sebelumnya. Setelah kegagalan berulang kali. Allah, sungguh indah cara Engkau memperlakukan hamba-Mu. Jadi inilah alasan atas ditolaknya proposal Kerja Praktek sehingga mengurus proposal KP ke perusahaan yang lain hingga membuat jeda waktu agar aku dapat mengikuti seleksi asisten IUT ini.


Kelompok Praktikum Ilmu Ukur Tambang Bukit

Ini adek-adek Kelompok Bukit yang dapat jadwal nembak di lapangan urutan 1. Total pengambilan data lapangan selama tiga hari. Hari pertama, pemasangan patok, dan mulai mengukur dari satu titik poligon. Hari kedua lanjut lagi. Kemudian hari ketiga, dari Bukit ke Layo bareng mereka ujan-ujanan. Sungguh, berkesan sekali.

Kelompok Praktikum Ilmu Ukut Tambang Layo 1

Di kelompok ini, aku sebagai asisten pengganti karena asisten aslinya lagi Kerja Praktek. Lokasi pengambilan data dilakukan di dekat asrama Unsri yang di depan apartemen putri. Itu yang cewek di depan asisten penerus loh heheh.

Kelompok Praktikum Ilmu Ukur Tambang Layo 2

Nah kalo ini kelompok ter ter apaa yah aha. Urutan nembak hampir terakhir, tapi selesai bimbingan gesit banget nih kelompok. Salut sama mereka. Jadi inget, waktu nembak ujan-ujanan. Dan teodolit, kamu itu kesayangan kami, di saat orang-orang ini basah kuyup, payung akan tetap menjadi milikmu.

Demikianlah kisan 2 impian yang harus aku capai ketika kuliah dulu. Dari sini aku belajar, bahwa tidak semua yang diinginkan sekarang harus didapatkan pada saat ini juga. Allah berikan kerikil-kerikil bukan untuk membuatmu tersandung, tapi Allah ingin menunjukkan bahwa tidak semua jalan itu mulus. Ketika engkau memutuskan untuk berhenti mencoba, di saat itulah kejatuhanmu. Tapi ketika kau memutuskan untuk bangkit dan mencoba kembali, di saat itulah engkau akan melihat bahwa Allah begitu romantis. Alllah memberikan semuanya di waktu yang tepat. Meski terkadang, tepat itu tidak ditandai dengan cepat. Untuk apapun yang sedang engkau dan aku usahakan, yakinlah janji Allah itu pasti.

Suka Cinta, 20 Mei 2019
Mayang Sari

Ditulis dalam rangka meyakinkan diri bahwa dulu aku pernah mengalami masa-masa ini. Dan jika sekarang aku mengalami hal yang sama, harusnya aku kembali yakin :)

Comments

Popular posts from this blog

Part 1 - 8 Fakta Unik Anak Tambang Unsri

Jangan Memaksa

Lirik Lagu Mars Permata (Persatuan Mahasiswa Pertambangan) FT Unsri