Jangan Memaksa

Insan mana di dunia ini yang tak luput dari permasalahan? Kupikir tak ada. Sekelumit permasalahan tidak pernah pandang bulu untuk menghampiri tuannya. Di setiap sisi kehidupan, tak jarang permasalahan hadir menjadi bumbu dengan kadarnya masing-masing di dalamnya. Respon setiap orang terhadap permasalahan ini juga berbeda-beda bergantung pemahaman terhadap permasalahan tersebut. Masalah besar bagi seseorang, bisa jadi masalah kecil atau bahkan bukan menjadi masalah bagi orang lain. Dan sebaliknya, masalah kecil bagi seseorang, bisa jadi masalah luar biasa bagi orang lain yang sangat sulit untuk dielakkan. Kekeliruan dalam pemahaman permasalahan akan menimbulkan pendefinisian berbeda terhadap permasalahan tersebut. Ada yang menganggap bahwa masalah adalah bentuk bukti Allah tak sayang kepadanya. Di sisi lain, ada pula yang menganggap bahwa masalah adalah ujian yang Allah berikan untuk menaikkan kelas hamba-Nya yang berpedoman pada penganalogian jika seseorang tidak mengikuti ujian di sekolah, berpeluang tidak naik kelas bukan? Maka dari itu, pemasalahan menjadi anak tangga agar sang empunya mampu mencapai anak tangga selanjutnya.

Ditinjau dari latar belakang munculnya  permasalahan terbagi menjadi permasalahn yang sengaja dibuat dan permasalahan yang tidak sengaja dibuat. Pertama, permasalahan yang sengaja dibuat sebagai contoh adalah konflik yang mendinamiasasi. Konflik adalah segala macam interaksi yang bertentangan yang diakibatkan oleh komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Misalnya, dalam organisasi kita menengenal konflik yang mendinamisasi. Konflik ini bertujuan menciptakan dinamika dalam suatu situasi yang tujuannya untuk mencapai visi organisasi tersebut yang lebih mencerminkan nilai-nilai yang disesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi. Selain itu juga, konflik yang mendinamisasi memungkinkan solidaritas yang lebih tinggi antaranggota. Konflik yang mendinamisasi ini jika berhasil dilakukan, maka hasilnya tentu akan baik. Tapi jika tidak, pembuat konflik akan terjebak dengan konflik yang diciptakan sendiri. Akibatnya, bukan menyelesaikan masalah tetapi menambah masalah.

Kedua, permasalahan yang tidak sengaja dibuat. Permasalahan ini tidak bisa ditebak kapan dan di mana saja bisa menjadi masalah seperti sakit, meninggal, bencana  dan lainnya yang tidak dapat dielakkan kehadirannya tentu membuat harus lebih waspada dan hati-hati. Ada juga permasalahan yang sengaja dibuat lainnya. Contohnya, menjadi sebuah masalah ketika merasa kita adalah orang yang menanggung beban hidup yang paling berat sejagad raya ini. Pernah gitu gak? Hanya saja, pikiran diri sendiri yang mendramatisir menciptakan kondisi seperti itu. Coba kita lihat di sisi lain, betapa banyak orang yang hidupnya di bawah kita yang dengan mudahnya mereka bersyukur. Ada banyak orang yang kehilangan keluarga serta rumah yang porak-poranda akibat tsunami yang menerpa. Coba lihat dan bandingkan dengan mereka. Kurasa kita tidak semenyedihkan mereka.

Menurut Pruit dan Rubin, ada lima strategi dasar dalam menyelesaikan konflik, antara lain  contending (bertanding), yielding (mengalah), problem solving (pemecah masalah), inaction (diam) dan withdrawing (menarik diri). Menurutku, strategi yang paling ideal dari kelima strategi tersebut adalah problem solving (pemecah masalah) karena diskusi dua arah untuk mencapai titik temu. Jika yang terjadi denganku kondisi konflik antarpribadi, aku lebih menyukai strategi diam bahkan menarik diri. Entahlah, mungkin karena karakterku gitu kali ya. Bukan karena aku benci, hanya saja aku ingin berdamai dengan diriku sendiri. Aku tidak ingin menganggu pribadi yang tengah terlibat konflik dengaku. Dalam kurun waktu aku diam dan menarik diri tersebut, aku ingin melakukan evaluasi atas sebab pertentangan yang terjadi. Hal pertama yang dilakukan tentu minta maaf ya Sob :). Btw jangan ditiru caraku untuk menstabilkan emosiku itu ya hehhe, kalian masih punya cara yang lebih baik. Jangan memaksa meyamakan pemahaman mereka dengan paham yang kita pikirkan. Bahaya, nanti timbul konflik :v.

Ohya, dibalik diam dan menarik diri itu perlu hati-hati juga ya. Jangan habiskan energi untuk memikirkan masalah sehingga membunuh produktivitas. Untuk itu, sangat dibutuhkan suplemen-suplemen agar kesendirian itu tak mudahnya menyayat kebahagiaan. Seperti tulisanku di blog sebelumnya yang judulnya Kali Ini, bohong jika kau tak membutuhkan teman?


"Kau sendiri yakin bahwa tak semua orang dapat kau pahami. Jadi, berhentilah merasa kenapa tak ada yang berusaha memahamiku”? Jangan memaksa."

Palembang, 20 Januari 2019
Mayang Sari

Comments

Popular posts from this blog

Part 1 - 8 Fakta Unik Anak Tambang Unsri

Lirik Lagu Mars Permata (Persatuan Mahasiswa Pertambangan) FT Unsri