Asal Usul Mhaiiankk Dzarrye


Jika berbicara mengenai media sosial, hampir setiap orang mempunyai akun media sosial tersebut. Media sosial telah menjadi kebutuhan primer bagi para insan yang kesepian, cielaah haha. Hayoo ngaku siapa yang gak pernah punya akun satu ini? Akun Facebook. Facebook adalah salah satu akun mendia sosial yang masih popular yang banyak digunakan saat ini yang didirikan oleh Mark Zuckerberg pada tahun 2004. Facebook memiliki fitur beragam yang memungkinkan penggunanya dapat berbagi apa yang ia pikirkan, berbagi foto,  dan video. Selain itu, Facebook juga memiliki aplikasi Chatting yang memudahkan untuk berkirim pesan. Pada perkembangannya, Facebook telah memiliki banyak inovasi. Salah satunya terintergrasi dengan Instagran yang lagi banyak digemari masyarakat terutama kaum millenial.

Jika aku bertanya, apa aplikasi media sosial yang pertama kamu punya? Kebanyakan akan menjawab Facebok. Aku sendiri membuat akun Facebook pada kelas IX SMP tahun 2011. Untuk membuat akun Facebook, aku harus menempuh perjalanan yang cukup jauh karena aku hanya bisa membuatnya di warnet wkwk. Maklum lah komputer hanya bisa dimiliki kalangan-kalangan tertentu. Telepon genggam pun belum secanggih seperti sekarang.

Mulailah aku berselancar di dunia maya melalui akun Facebook yang baru selesai dibuat. Aku mempelajari cara menggunakannya dari nol (baru perdana pake :v) mulai dari mengunggah foto profil, mengisi data pribadi hingga menambahkan teman. Asyik bukan main menggunakan aplikasi ini, pikirku kala itu. Aku bisa menemukan teman-teman baru. Selain itu, aku hanya perlu mengetikkan nama teman di mesin pencari, seketika muncullah nama-nama berdasarkan hasil ketikan. Hebat, aplikasi ini bisa menghubungkan antar pengguna dalam sekejap.

Kamu pernah diingatkan oleh Facebook tentang kenanganmu beberapa tahun silam? Aku rasa pernah, jika kamu memliki kenangan wkwk. Kebanyakan orang tidak percaya bahwa dirinya pernah memposting hal tersebut sebelumnya. Mereka mendapati dirinya hari ini telah banyak perubahan sehingga menyangkal rekam peristiwa pada masa lalu. Perubahan yang terjadi diiringi dengan bertambahnya usia dan faktor pendidikan. Media sosial adalah media untuk memperkenalkan diri  dan diakui di ruang publik.

Kamu pernah nulis "meT Pagiech, qaAmoe LaGi apAch”? Aku sendiri pernah. Bahkan aku telah berkali-kali mengubah nama akun Facebook milikku. Pertama kali mendaftar, aku memakai nama asli Mayang Sari, kemudian kuubah mejadi Mhaiiankk Dzarrye. Asal usul aku mengubah namaku menjadi Mhaiiankk Dzarrye karena aku tidak ingin memakai nama yang biasa. Setelah beberapa bulan, aku kembali merasa ada yang kurang, lalu kuubah lagi menjadi Mhaiiankk Dzarrye Yang Ingin Menggapai Cita-Cita (lumayan panjang ya :D). Dengan mengubah nama, dapat menambah kepercayaan diri lebih pikirku saat itu. Aku juga tidak ingin jika ada orang lain yang mempunyai nama sama denganku di akun Facebook.

Name Tag Pramuka SMA

Aku kembali merasa bosan, aku berpikir panjang nama yang sesuai untuk menggantikannya. Jari-jariku mulai mengetik Mhaiiankk Dzarrye Is A Dream Chaser. Nama baruku jadi. Kuubah sedikit ke-Inggris-Inggrisan, biar lebih gaul dikit kali ya :v. Nama ini hanya bertahan dua tahun hingga aku kelas XII SMA. Aku menyadari bahwa nama Facebook ku tersebut terlalu berlebihan. Mulai kupikirkan untuk mengubah namanya lagi. Aku ingin menuliskan nama asli Mayang Sari dengan sedikit tambahan. Untuk mencari kata yang tepat untuk tambahan akhiran namaku, aku membuka Kamus Bahasa Arab, lalu kucari kata demi kata. Kutemukan kata Ibtisaam, sontak aku langsung menyukainya. Kemudian kuubah nama Facebook ku menjadi Mayang Sari Ibtisaam.

Beberapa kali teman-teman menganggap bahwa Ibtisaam itu nama ayahku. Bukan. Ibsitaam artinya tersenyum. Yang aku heran, nama Facebook ku kadang kerap kali dianggap sebagau nama asliku.  Bahkan pernah namaku di tugas makalah kuliah ditulis Mayang Sari Ibtiasam di halaman depan. Gak habis pikir ternyata sebegitu besar peran media sosial. Selain dari akun Mayang Sari Ibtisaam, aku mempunyai 3 akun Facebook yang lain. Gak penting banyak akun, kalo gak digunakan, akhirnya aku memutuskan untuk menonaktifkan ketiga akun tersebut.

Masa-masa produktifku di Facebook selama Kelas X dan XI SMA. Rasanya ada yang kurang jika satu hari tanpa update status. Gak tau bahas apa aja. Yang jelas namaku harus muncul di beranda aplikasi tersebut. Aku juga senang membuat catatan tentang apa yang menari-nari dikepalaku kutuangkan dalam aplikasi tersebut. Temanku mencapai 5000an. Kebanyakan aku tidak tau siapa dan dari mana mereka. Yang aku ingat, aku harus punya teman sebanyak-banyaknya. Setelah kuliah semester 3 kalo gak salah ya, aku mulai unfriend dengan orang-orang tidak kukenal asal-usulnya, hingga sekarang temanku di Facebook hanya 1000an. Tidak hanya itu, aku juga menghapus postingan-postingan alay, tentang celoteh, ungkapan, dan semua kelabilanku pada waktu itu. Hanya kutinggalkan beberapa, karena aku sayang menghapusnya.

Hari ini ke-alay-an itu masih ada, hanya saja bertrasnformasi menjadi wujud-wujud yang lebih elegan. Alay tidak lagi menulis dengan huruf besar kecil besar kecil. Hari ini orang-orang dapat lebih mudah mengetahui kita sedang apa, di mana, dan dengan siapa. Cukup buat instastory yang menunjukkan aktivitas, tulis tempat, dan tidak lupa tag orang-orang yang bersama kita. Lengkap kan?

Media sosial terkadang membuat para penggunanya lupa waktu. Ada yang pernah berjam-jam mantengin beranda Instagram? Atau hanya sekedar buka story, tap tap gak kelar-kelar? Kring-Kring nada pesan WhatsApp langsung buka percakapan? Bolak-balik buka berbagai aplikasi chat? Berlomba mengirim foto terbaik? Dan aktivitas bermedia sosial yang lain. Ayolah kita berpikir sejenak. Apakah kini kita telah menjadi budak media sosial? Berapa banyak perselingkuhan yang disebabkan oleh media sosial? Berapa banyak seks bebas berawal dari media sosial? Satu jam tanpa paket kuota data lebih menyedihkan dari 1 hari gak makan? Semoga saja tidak.

Kemudahan berbagi informasi tidak hanya berdampak buruk. Media sosial ibarat pedang, ia dapat menghunus musuh atau malah memenggal penggunanya. Media sosial menjadi penggiring opini nomor satu. Alangkah lebih baiknya jika yang disampaikan dalam media sosial dapat memberikan kebermanfaatn. Coba kita lihat, ceramah-ceramah Ustad Abdul Somad dan Ustad-Ustad yang lain yang viral melalui sosial media hingga berdampak membludaknya jamaah tiap kali mengadakan kajian. Berapa banyak yang telah mendapatkan hidayah melalui ceramahnya, masyaAllah.  Mari kita bijak dalam menggunakan sosial media.

Kini telah banyak aplikasi media sosial yang dikembangkan. Aku masih mempertahankan akun Facebook-ku? Karena ada informasi di Facebook yang tidak bisa kudapatkan dari aplikasi lain. Facebook masih menjadi tempat silaturahim yang mudah terjalin. Dan dari Facebook, aku akan mengingat kalo namaku pernah menjadi Mhaiiankk Dzarrye :D.

Palembang, 8 Januari 2019
Mayang Sari

Comments

Greg said…
Haii Mhaiiankk Dzarrye Is A Dream Chaser 🤣

Popular posts from this blog

Part 1 - 8 Fakta Unik Anak Tambang Unsri

Lirik Lagu Mars Permata (Persatuan Mahasiswa Pertambangan) FT Unsri

Jangan Memaksa