Posts

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Dua hari yang lalu aku nonton film ini bareng teman kantor. Gegara banyak bet yang rekomen tuk nonton film ini. To be honest, aku nonton di bioskop itu bisa diitung, karena mikirnya toh nanti juga bakal tayang di yutup. Nonton di bioskop cuman kalo diajakin temen doang, kalo atas inisiatif sendiri belum pernah hhaha. Back to filmnya, kalo review pake rating, aku kasih 7/10. Generally, filmnya bagus buat ditonton bareng keluarga dan orang-orang di inner circle kita. Alur ceritanya lumayan buat penasaran, walau sebenarnya terkesan flat. Aku pribadi emang termasuk golongan melankolis, nonton film yang kisahnya sedih dikit langsung netes tuh air mata wkwk. Gataulah ya, mudah aja gitu tersentuh dan terbawa suasana. Biar lebih muda dipahami, aku sebutin aja ya tokoh-tokohnya. Ada Ayah, ibu, dan tiga orang anak namanya berurutan Angkasa (L), Aurora (P), dan si bungsu Awan (P). Aku ga bakal ulas kisah cinta di film ini haha, tapi akan lebih underline tentang kehidupan keluarg

Mine Rewind 2019, Thank You!

Image
Halo Assalamu’aylakum temen-temen. Gurl Love to take images from height Before melanjutkan scroll down , saya mau kasih tau kalo tulisan ini lumayan panjang hehe. Sesuai judul, saya mencoba memutar kembali lembaran kisah 2019 yang masih terekam dengan kuat. Literally, 2019 penuh dengan air mata, harap, bahagia, canda dan tawa. Saya pikir itu juga rasa yang tiap orang merasakannya ya ;). Saya mulai. Pasca wisuda, saya termasuk salah satu dari kebanyakan lulusan yang mungkin bingung akan melanjutkan karir yang seperti apa. Untuk kalian ketahui, setelah lulus saya masih belum tahu dengan cita-cita real saya. Saya sarjana Teknik Pertambangan yang dalam benak saya kala itu saya tidak mau kerja di tambang. Meskipun, dulu ketika ada kesempatan berkenalan di forum, saya akan menyebutkan cita-cita saya ingin menjadi penulis dan juga konsultan tambang. Lantas mau berkarir apa toh? Januari, kalian tau ga sih gimana perasaan sore yang menunggu malam? Atau perasa

Hijrah Seorang Bar Tender

Eh emang jam segini kerja apaan? Celetuk salah satu temanku yang mengamati kehidupan keras kota Jakarta di malam hari. Kalo jam segini mah belum buka party mba , saut abang taxi online yang saat itu aku dan teman-teman tumpangi. Saat itu sekitar jam 7 malam. Kok abang tau? Tanyaku. Iya, saya mantan bar tender mba. bar-bar telah banyak yang saya kunjungi, ia sambil menyebutkan nama-nama tempat bar yang sangat tidak familiar di telinga. Dulu kerjanya dimana bang ? Saya di Singapore pernah, di Bali pernah, dan terakhir di Jakarta. Sekarang ga lagi ya bang? Jadi supir taxi online aja lah mba Kalo boleh tau apa alasan resign dari pekerjaan lama bang? Ketenangan hati , timpal abang tersebut. Saya awalnya di ajak teman saya hadir di acara 212. Saya sempat menolak lantaran diri ini tengah kotor. Namun, teman saya memaksa dan akhirnya saya ikut. Saat mengikuti 212 tersebut, saya merasakan pancaran ilahi yang begitu menyentuh. Lalu ketika saya kembali k

Orang Baru

Image
Silaturahim DPMU Lintas Generasi Beberapa waktu ini aku lebih banyak bertemu dengan orang baru. Pekan lalu (03/11/2019) , aku bertemu dengan pengurus DPMU lintas generasi di Danau Kenanga UI. Berkenalan lalu berbagi cerita masa lalu pada masing-masing zamannya. Favorite Team - Islamic Youth Camp Lalu pekan ini (09/11/2019) bertemu kembali dengan orang baru pada acara yang mengharuskan bekerja secara tim dan individu. Yang aku salut meski baru saling kenal, nampak seperti sudah lama kenal. Dan saat ini aku benar-benar menikmati hidup sebagai makhluk sosial. Jaksel, 10 November 2019 Mayang Sari

#1 Apa yang Membuatmu Bertahan?

#1 Kenapa Pilih Bertahan? Beberapa waktu lalu, saya sempat menanyakan kepada salah satu rekan kerja di start up bidang pertambangan. "Bang, Kenapa abang pilih di sini?" Beberapa perusahaan besar termasuk juga perusahaan multinasional pernah menawarkan kerja kepada saya dengan gaji yang lebih fantastis tentunya. Saya tolak. Dan saya akan tetap pilih di sini. "Kenapa?", dengan polos kulanjutkan pertanyaan. Karena di sini lebih banyak mimpi yang ingin diraih. Ya, itulah jawaban dari rekan kerjaku.  Jawaban singkat "Lebih  Banyak Mimpi" sampai sekarang masih bermukim di kepalaku. Bagaimana denganmu, jika ada yang bertanya, apa yang membuatmu bertahan?

Ku pikir Aku Kehilanganmu

Setelah belakangan ini kau tanpa kabar, aku dikejutkan dengan panggilan video yang tertera jelas nama yang kukenal . Kaget, pasti. Kau memang pandai memilih waktu. Saat aku membutuhkan tempat berbagi kau hadir di saat yang tepat. Dua bulan lalu , aku terkejut saat kau tiba-tiba menghubungiku dan menanyakan alamat kostku. Dan dengan penuh misteri kau datang dengan barang bawaan seperti orang mau pindahan . Dan kutanya, kau ingin ke mana ? “kabur”, jawabmu dengan santai . Dengan tidak nada tidak percaya, kutanyakan lagi “mau kemana emang?”. Terus kuliah gimana? Dengan santai lagi kau menjawab, “yaudah biarin aja”. Berkali-kali kukatakan, coba bayangkan perjuanganmu 5 tahun mu itu , dan apa kau tak memikirkan mimi? Apakah mimi tau dengan keputusanmu itu? Lagi-lagi kau dengan nada tidak bersalah menjawab “tidak” . I ngin rasanya aku memukulmu saat itu juga. Bagaimana mungkin kau mengambil tindakan segegabah ini. Lagi-lagi kau bilang, apa gunanya S1 jika tidak

Di Saat Sedihnya Dia Lebih Berkelas

Terdengar dering WA menandakan pesan masuk. "Aku lagi sedih, hiks". Begitulah bunyi pesannya. Langsung kututup dan kukunci layar handphone, dan kubiarkan beberapa saat. Saat membaca pesan itu, ingin rasanya aku membalas "sama, aku juga". Tepat saat itu, aku sedang terbaring dan meluapkan rasa, dan tanpa sadar sedari tadi ia menetes begitu saja, dan makin lama ia makin deras, kubiarkan saja ia mengalir di permukaan muka. Dengan mata yang masih merah, kubalas pesan itu "Apa yang membuatmu sedih, ayo ceritakan padaku". Berlaga sok kuat itu menyakitkan, tapi itu suatu keharusan. Aku malu dan ingin rasanya menertawakan diriku sendiri. Sedihnya orang yang mengirim pesan padaku jauh lebih berkelas dibandingkan dengan sedihku yang tak seberapa ini. Sedihnya dia karena memikirkan orang banyak, lah aku? Masih berkutat dengan persoalan pribadi yang tak sepatutnya menguras energi. Kuterima pesan itu 2 malam yang lalu, hingga kini belum kubala