Ku pikir Aku Kehilanganmu
Setelah belakangan ini kau tanpa kabar, aku dikejutkan
dengan panggilan video yang tertera jelas nama yang kukenal. Kaget, pasti. Kau memang pandai memilih
waktu. Saat aku membutuhkan tempat berbagi kau hadir di saat yang tepat.
Dua bulan lalu,
aku terkejut saat kau tiba-tiba menghubungiku dan menanyakan alamat kostku. Dan
dengan penuh misteri kau datang dengan barang bawaan seperti orang mau pindahan. Dan kutanya,
kau ingin ke mana? “kabur”, jawabmu dengan santai. Dengan tidak nada tidak percaya, kutanyakan lagi “mau kemana emang?”.
Terus kuliah
gimana?
Dengan santai
lagi kau menjawab, “yaudah biarin aja”.
Berkali-kali kukatakan, coba bayangkan perjuanganmu 5 tahunmu itu, dan apa kau tak
memikirkan mimi? Apakah mimi tau dengan keputusanmu itu? Lagi-lagi kau dengan nada tidak bersalah
menjawab “tidak”. Ingin
rasanya aku memukulmu saat itu juga. Bagaimana mungkin kau mengambil tindakan
segegabah ini.
Lagi-lagi kau bilang, apa gunanya S1 jika tidak mempunyai
keahlian. Aku ingin ke luar negeri. Meski tanpa gelar, akan kubuktikan bahwa
aku bisa sukses.
Saat itu
sudah larut malam, nampaknya kau sangat lapar, dan aku juga lapar. Lalu kita
masak Mie Indonesia dalam Rice Cooker, kemudian menikmatinya bersama. Seru juga
wkwk.
Esok
harinya kita jalan ke mall. Cuci
mata aja. Liatin cewe-cewe cakep, dan sambil berkata “wah, bening bet ya tuh cewe” dan mengitari seisi mall. lalu ke toko buku. Setelah sampe ke kasir, ga jadi beli karena terlalu mehong.
Gayanya kan mau beli Novel Inggris wkwk.
Lalu, malam-malam kau menerima telpon, dan kau membaringkan
tubuh, kemudian memalingkan muka. Aku mendengar isak tangis. Tapi aku tak
berani mengajakmu bicara, membiarkanmu menangis setumpah-tumpahnya.
Esok hari, aku berangkat ke kantor meninggalkanmu di kost. Lalu
setelah seharian dan pulang malem, kulihat kost sudah bersih dan kau dengan baiknya juga mencuci pakaianku hhha.
Dan kau meninggalkan buku “Goodbye,
Things! Hidup Minimalis Ala Jepang”
Kau hanya mengirimkan pesan “Makasih Yukmay atas
tumpangannya”. Sejak saat itu komunikasi kita terputus. Kau enggan membalas
pesanku lagi. Dan aku juga
tak tau di mana keberadaanmu.
Kupikir saat itu, aku mungkin tak akan berkomunikasi dan
bertemu lagi denganmu.
Seseorang yang ada di Sumatera Utara menghubungiku, dan menanyakan
kabarmu. Dan tiba-tiba lagi aku dikagetkan, teman kosanmu mengirim gambarmu
yang ternyata ada di kosan di tempatmu kuliah. Aku senang, akhirnya kau mengubah keputusanmu.
Mesi kau telah kembali ke tanah rantau, kau masih saja
enggan membalas pesan atau
menghubungiku.
Dan kemarin
malam di percakapan panggilan video, kau katakan
“Yukmay, ga mungkinlah aku mengorbankan S-1. Aku hanya butuh refreshing. Dan
saat aku kabur ke Jawa Timur, banyak yang telah membuka pikiranku, dan aku ketemu dengan keluarga yang
membuat aku sadar bahwa begitu beruntung hidupku saat ini”
Wah, betapa
senangnya aku mendengar hal itu.
Kau juga
bilang “tak mungkin aku
memutus pertemanan kita,
karena melihat storymu menjadi penyemangat”.
Kau tau, setiap kali aku menelpon/ditelpon oleh orang tuaku,
Aku selalu ditanyakan
bagaimana tentang kabarmu.
Saat kau melarikan diri dan kau pikir kau tak mampu
menyelesaikannya, saat itu juga aku merasa bahwa aku telah gagal menjadi sahabat. Sedih.
Aku tunggu undangan wisudamu, Can!
Jakarta Selatan, 06 Oktober 2019
Mayang Sari
Comments