Posts

Hijrah Seorang Bar Tender

Eh emang jam segini kerja apaan? Celetuk salah satu temanku yang mengamati kehidupan keras kota Jakarta di malam hari. Kalo jam segini mah belum buka party mba , saut abang taxi online yang saat itu aku dan teman-teman tumpangi. Saat itu sekitar jam 7 malam. Kok abang tau? Tanyaku. Iya, saya mantan bar tender mba. bar-bar telah banyak yang saya kunjungi, ia sambil menyebutkan nama-nama tempat bar yang sangat tidak familiar di telinga. Dulu kerjanya dimana bang ? Saya di Singapore pernah, di Bali pernah, dan terakhir di Jakarta. Sekarang ga lagi ya bang? Jadi supir taxi online aja lah mba Kalo boleh tau apa alasan resign dari pekerjaan lama bang? Ketenangan hati , timpal abang tersebut. Saya awalnya di ajak teman saya hadir di acara 212. Saya sempat menolak lantaran diri ini tengah kotor. Namun, teman saya memaksa dan akhirnya saya ikut. Saat mengikuti 212 tersebut, saya merasakan pancaran ilahi yang begitu menyentuh. Lalu ketika saya kembali k

Orang Baru

Image
Silaturahim DPMU Lintas Generasi Beberapa waktu ini aku lebih banyak bertemu dengan orang baru. Pekan lalu (03/11/2019) , aku bertemu dengan pengurus DPMU lintas generasi di Danau Kenanga UI. Berkenalan lalu berbagi cerita masa lalu pada masing-masing zamannya. Favorite Team - Islamic Youth Camp Lalu pekan ini (09/11/2019) bertemu kembali dengan orang baru pada acara yang mengharuskan bekerja secara tim dan individu. Yang aku salut meski baru saling kenal, nampak seperti sudah lama kenal. Dan saat ini aku benar-benar menikmati hidup sebagai makhluk sosial. Jaksel, 10 November 2019 Mayang Sari

#1 Apa yang Membuatmu Bertahan?

#1 Kenapa Pilih Bertahan? Beberapa waktu lalu, saya sempat menanyakan kepada salah satu rekan kerja di start up bidang pertambangan. "Bang, Kenapa abang pilih di sini?" Beberapa perusahaan besar termasuk juga perusahaan multinasional pernah menawarkan kerja kepada saya dengan gaji yang lebih fantastis tentunya. Saya tolak. Dan saya akan tetap pilih di sini. "Kenapa?", dengan polos kulanjutkan pertanyaan. Karena di sini lebih banyak mimpi yang ingin diraih. Ya, itulah jawaban dari rekan kerjaku.  Jawaban singkat "Lebih  Banyak Mimpi" sampai sekarang masih bermukim di kepalaku. Bagaimana denganmu, jika ada yang bertanya, apa yang membuatmu bertahan?

Ku pikir Aku Kehilanganmu

Setelah belakangan ini kau tanpa kabar, aku dikejutkan dengan panggilan video yang tertera jelas nama yang kukenal . Kaget, pasti. Kau memang pandai memilih waktu. Saat aku membutuhkan tempat berbagi kau hadir di saat yang tepat. Dua bulan lalu , aku terkejut saat kau tiba-tiba menghubungiku dan menanyakan alamat kostku. Dan dengan penuh misteri kau datang dengan barang bawaan seperti orang mau pindahan . Dan kutanya, kau ingin ke mana ? “kabur”, jawabmu dengan santai . Dengan tidak nada tidak percaya, kutanyakan lagi “mau kemana emang?”. Terus kuliah gimana? Dengan santai lagi kau menjawab, “yaudah biarin aja”. Berkali-kali kukatakan, coba bayangkan perjuanganmu 5 tahun mu itu , dan apa kau tak memikirkan mimi? Apakah mimi tau dengan keputusanmu itu? Lagi-lagi kau dengan nada tidak bersalah menjawab “tidak” . I ngin rasanya aku memukulmu saat itu juga. Bagaimana mungkin kau mengambil tindakan segegabah ini. Lagi-lagi kau bilang, apa gunanya S1 jika tidak

Di Saat Sedihnya Dia Lebih Berkelas

Terdengar dering WA menandakan pesan masuk. "Aku lagi sedih, hiks". Begitulah bunyi pesannya. Langsung kututup dan kukunci layar handphone, dan kubiarkan beberapa saat. Saat membaca pesan itu, ingin rasanya aku membalas "sama, aku juga". Tepat saat itu, aku sedang terbaring dan meluapkan rasa, dan tanpa sadar sedari tadi ia menetes begitu saja, dan makin lama ia makin deras, kubiarkan saja ia mengalir di permukaan muka. Dengan mata yang masih merah, kubalas pesan itu "Apa yang membuatmu sedih, ayo ceritakan padaku". Berlaga sok kuat itu menyakitkan, tapi itu suatu keharusan. Aku malu dan ingin rasanya menertawakan diriku sendiri. Sedihnya orang yang mengirim pesan padaku jauh lebih berkelas dibandingkan dengan sedihku yang tak seberapa ini. Sedihnya dia karena memikirkan orang banyak, lah aku? Masih berkutat dengan persoalan pribadi yang tak sepatutnya menguras energi. Kuterima pesan itu 2 malam yang lalu, hingga kini belum kubala

Kecanggihan Teknologi Pangkas Silaturahim

“Kamu, ke mana aja ga pernah keliatan?”, tanya Bu Kost. Pertanyaan tersebut menandakan intensitas bertemu yang sangat jarang. M eski kami tinggal satu atap. Ia da n keluarganya di lantai dasar. Dan lantai dua diperuntukkan untuk kost khusus putri. Bulan lalu, aku ketemu sama Ibu Kost. Dan ini adalah obrolan pertama di bulan ini hihih. “Kalo sama kamu, saya masih sempat ngobrol”, kalo sama yang lain hampir ga pernah. Sampai-sampai saya hubungi salah satu yang di atas kirain udah pindah kost, karena saking ga pernah ketemunya. Padahal ada kok wkwk Ibu kadang main ke atas siang, nah kalo siang kan ga ada orang. “Emang yang lain bayar kost pas kapan Bu?, tanyaku. Mereka semua pada transfer , jadi ga pernah ketemu ngobrol. “Yaudah deh kalo gitu Bu, saya tetep bayar cash aja biar ada alasan main ke bawah hehe. Kalo ga karena bayar kost bulanan, saya ga perna ngobrol sama Ibu.” Ucapku. Tunggu dulu ya, Ibu bikini te h dulu. Itu samb i l dimakan kue-kuenya. K

KRL atau TJ, Aku Pilih Kamu

Sabtu yang menyenangkan, bukan? Tentu. Bersua dengan sahabat dengan waktu dan keadaan yang sudah berbeda. Meski awalnya nyasar ke Pusnas yang lain. Lalu kami menikmati sejarah dan keindahan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dekat dengan Monumen Nasional yang menjulang tinggi. Tak banyak buku yang dibaca, memandangi keelokan arsitektur gedung, menyaksikan lalu lalang insan, dan tentu menghabiskan waktu bersamamu, sahabat. Mengenang bahwa dulu pernah berjuang dalam barisan yang sama, indah kan. Oke, waktunya pulang. Bingung nih mutusin transportasi pulang ke kost. Sebenernya kalo naik KRL, cepet datengnya, dan aku juga udah tau rutenya. Sementara, aku ingin mencari tau apa yang belum kutahu. Salah satunya rute naik Trans Jakarta ke Pancoran. Lanjut, top up e-money. Ku tanyakan rute TJ ke Pancoran. Aku diarahkan mengambil rute Pulokadung kemudian berhenti di Cempaka Ramas, kemudian lanjut rute PGC lalu turun di UKI. Oke baiklah, setiap halte kuperhatikan dengan jelas